Konflik Antar Kelompok
Konflik merupakan suatu hal yang sering dialami oleh individu
ataupun kelompok. Pada kali ini akan dibahas mengenai konflik antar kelompok. Tetapi,
sebelum itu sebaiknya terlebih dahulu mengetahui apa itu konflik?
Konflik adalah suatu permasalahan sosial yang umumnya dipicu
karena tidak adanya rasa saling mengerti dan toleransi terhadap kebutuhan dari
masing-masing individu. Konflik yang terjadi antar dua kelompok atau lebih
disebabkan oleh perbedaan pendapat, kepentingan atau tujuan antara dua atau
lebih pihak yang mempunyai objek yang sama. Konflik juga dapat terjadi karena
adanya ketidaksesuaian antara harapan dengan realita. Ketika suatu kelompok mempunyai
harapan atau keinginan dan harapan itu terbentur oleh situasi nyata yang
berlawanan, maka dapat menimbulkan konflik di dalam dan di luar kelompok.
Jika setiap kelompok merasa lebih unggul dari kelompok lain. Kelompok
yang menjadi pusat segalanya cenderung akan melihat kelompok lain sebagai
musuh. Hal ini berpotensi menimbulkan konflik antarkelompok.
Berikut ini beberapa penyebab konflik antar kelompok, yaitu :
- Kepentingan sama
- Streotype, prasangka dan diskriminiasi (Sear, dkk, 1994)
Stereotype adalah keyakinan
tentang sifat-sifat pribadi yang dimiliki orang dalam kelompok. Biasanya
streotype berdasarkan kategori sosial. Prasangka yaitu sikap negatif terhadap
kelompok tertentu atau seseorang karena keanggotaannya dalam kelompok tertentu
(Baron & Bryne, 1997). Dasar munculnya prasangka adalah kekeliruan dan
generalisasi yang tidak fleksibel (Allport, 1974). Seseorang yang berprasangka,
terhadap anggota kelompok lain, maka cenderung mengevaluasi secara negatif. Diskriminasi
merupakan perilakuan berbeda dari pihak lain berdasarkan keanggotaan kelompoknya.
Ketika seseorang mengalami perlakukan diskriminasi karena keanggotaanya sebagai
aggota kelompok tertentu, maka, akan timbul konflik kecil pada diri orang
tersebut. Bila ini terus berlanjut dan berlangsung lama, maka bisa terjadi konflik.
- Sumber daya
Konflik sumber daya,
khususnya alam menjadi suatu yang sangat banyak ditemui di negeri ini. Sumber
daya alam menjadi suatu daya tarik yang luar biasa bagi kelompok-kelompok yang
ingin mengambil keuntungan dari sumber daya tersebut. Sumber daya yang langka bisa
menjadi sumber konflik (Swanström & Weissmann,2005)
- Identitas sosial atau katagori berbeda.
Setiap kelompok mempunyai
identitas sosial berbeda. Indentitas suatu kelompok berkaiatan dengan dengan
atribut yang dimiliki. Seperti ciri-ciri, nilai yang dianut, tujuan, dan norma.
Identifikasi social sangat berguna untuk proses katagori dan perbandingan
social (Hogg & Grieve, 1999). Seseorang cenderung menilai homogen kelompoknya
dan cenderung menilai kelompok lain berbeda. Perbedaan identitas dapat memicu
timbulnya konflik antar kelompok, jika tidak ditangani secara cepat dan tepat.
- Ketidakadilan
Menururt teori keadilan
(equity theory), konflik terjadi karena adanya ketidakadilan dalam distribusi
yang membuat orang atau kelompok menjadi distress dan frustasi. Akibatnya
kelompok menggunakan cara menurut pandangan mereka benar, tetapi bagi kelompok
lain hal tersebut dapat menimbulkan konflik. Namun perlu dipahami bahwa
sebenarnya keadilan keadilan bersifat relatif atau subjektif bagi setiap orang
atau kelompok. Persepsi keadilan bagi setiap kelompok berbeda-beda, mereka
cenderung menilai sesuatu itu adil ketika hasil yang diperoleh lebih
menguntungkan bagi kelompoknya sendiri.
- Perilaku agresif
Perilaku agresif yang
dilakukan suatu kelompok terhadap kelompok lain dapat menimbulkan konflik antar
kelompok. Ketika suatu kelompok menyerang kelompok lain, maka kelompok yang
diserang akan membalas. Hal ini akan bisa berlanjut kepada konflik yang
berkepanjangan.
Contoh salah satu konflik antar kelompok
Selama 2018, 12 Orang
Meninggal Dunia akibat Konflik Sosial di Mimika
TIMIKA, KOMPAS.com- Kepolisian Resor Mimika, Papua mencatat
12 orang meninggal dunia selama tahun 2018 akibat konflik sosial.
Hal ini disampaikan Kapolres Mimika AKBP Agung Marlianto
didampingi sejumlah perwira pada rilis akhir tahun 2018 di Kantor Pelayanan
Polres Mimika, Jalan Cenderawasih, Kota Timika, Sabtu (29/12/2018).
Dijelaskan Agung, konflik sosial yang terjadi di Distrik
Kwamki Narama menyebabkan 12 orang meninggal dunia. Konflik dipicu aksi
penganiayaan terhadap Dedi Kiwak hingga meninggal dunia pada 12 November 2017
lalu di check point 28. Akibat
penganiayaan itu, dua kelompok di Kwamki Narama terlibat bentrok menggunakan
senjata tradisional berupa busur panah hingga April 2018. Selain 12 orang
meninggal dunia, dalam bentrok tersebut juga melukai 12 orang dari kedua
kelompok.
"Dalam bentrok antarkelompok itu mengakibatkan korban
luka-luka maupun meninggal dunia," kata Agung.
Mencegah bentrok terus berlanjut, pihak kepolisian terus
menerus melakukan razia senjata tajam, termasuk busur panah yang digunakan
kedua kelompok untuk saling serang. Hasilnya, polisi berhasil mengamankan 74
busur, 751 anak panah, dan 9 buah sajam.
"Langkah-langkah kepolisian untuk menekan dan
mengantisipasi aksi bentrok antarkelompok tersebut adalah melaksanakan kegiatan
razia sajam, panah terhadap kedua kelompok," ujar Agung.
Kedua kelompok berhasil didamaikan setelah pihak kepolisian
berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Mimika. Prosesi perdamaian pun
dilakukan secara adat yaitu belah kayu pada 18 April 2018 dengan dipimpin
langsung Bupati Mimika Eltinus Omaleng.
"Kedua kelompok sudah berdamai pada 18 April lalu,"
kata dia.
Sementara itu, di tahun 2018 sebanyak 12 kasus penembakan
juga terjadi di area kerja PT Freeport Indonesia. Akibatnya, 1 prajurit TNI
gugur dan 3 orang sipil terluka. Selain itu, kasus pemalangan sebanyak 13 kali
yang dilatar belakangi masalah pendulangan karena para pendulang tidak dapat
menjual hasil dulangan di toko emas, terkait PHK, laka lantas, dan pembayaran
insentif guru honorer. Sedangkan aksi unjuk rasa terjadi sebanyak 20 kali di
tahun 2018. Seperti unjuk rasa masalah ijazah yang digunakan Bupati Mimika
Eltinus Omaleng saat mencalonkan diri kembali sebagai bupati, masalah
pendulangan, masalah hak ulayat PT Freeport Indonesia, masalah insentif guru
honorer, dan masalah beasiswa putra daerah yang menempuh pendidikan di luar
Mimika.
"Semua itu kasus menonjol di tahun 2018," pungkas
Agung.
Berdasarkan beberapa berita yang saya baca, di Papua memang sering
terjadi masalah yang berujung pada pemberontakan atau konflik antar kelompok. Masalah
tersebut biasanya menyangkut batas wilayah, adanya pendatang baru dari luar
Papua, provokasi isu-isu yang tidak benar oleh pihak yang tidak bertanggung
jawab.
Masyarakat di Papua masih berpegang teguh pada budaya balas
dendam, misalkan jika dari suatu kelompok dan kelompok lain terjadi perselisihan
dan salah satu kelompok itu menyerang kelompok lain maka dikemudian hari
kelompok yang lain akan membalas ke kelompok yang menyerang. Hal itu akan
berlanjut jika tidak ditangani secara cepat dan tepat akan menimbulkan korban
jiwa.
Seperti berita diatas, pada tahun 2018 lalu telah menimbulkan
korban jiwa sebanyak 12 orang. Walaupun kedua kelompok tersebut telah berdamai,
tetapi bukan berarti konflik permasalahan telah selesai. Maka dari itu, perlu
adanya kesadaran dari masyarakat Papua dan kerja sama dari pemerintah agar
konflik tersebut tidak terulang kembali, juga peran aparat keamanan agar
meningkatkan kewaspadaan jika sewaktu-waktu terjadi konflik kembali.
Referensi:
Komentar
Posting Komentar